Selasa, 30 Juli 2013

Memperbanyak Tanaman Hias Melalui Daun LEBIH CEPAT, LEBIH MURAH, DAN LEBIH PUAS



              

      

Memperbanyak tanaman hias sendiri? Kenapa tidak? Tak susah, kok. Salah satunya adalah dengan perbanyakan melalui daunnya. Bagaimana caranya?
Asuhan: IR. HIERONYMUS BUDI SANTOSO
        Jika Anda seorang pehobi tanaman hias, sesekali pasti muncul keinginan untuk memperbanyak sendiri koleksi tanaman hias yang Anda miliki. Memang, cara paling mudah adalah berbelanja tanaman hias yang sudah “jadi” dan tinggal merawatnya. Namun bila Anda bisa memperbanyak sendiri, bukan hanya lebih murah dan irit, namun juga mendatangkan kepuasan tersendiri. Hasilnya pun bisa diberikan kepada sahabat atau bahkan bisa dipasarkan.
        Pada dasarnya, tanaman hias memang bisa diperbanyak dengan cara generatif, yaitu dengan melalui bijinya. Namun, dalam beberapa hal, cara tersebut memiliki banyak kelemahan, antara lain:
·         Proses pertumbuhannya lama dan memungkinkan mengalami perubahan hasil dibandingkan tanaman induk lainnya.
·         Proses perkecambahannya kadang membutuhkan perlakuan khusus. Misalnya biji harus dijemur, kulit biji harus dikelupas, atau memerlukan rumah kaca.
·         Beberapa jenis tanaman hias tertentu, seperti palem botol, nolina, atau norfolk, amat sulit mendapatkan bijinya.
        Karena itulah, biasanya perbanyakan tanaman hias dilakukan dengan cara vegetatif. Keunggulannya antara lain:
·         Proses pertumbuhan lebih cepat.
·         Tersedia beberapa alternatif untuk memanfaatkan bagian tanaman menjadi tanaman baru, misalnya bagian batang, daun, pucuk, dan sebagainya,

PERSIAPAN MEDIA TANAM                                                                                                                      
Sebelum melangkah lebih jauh, siapkan lebih dulu media tanamnya. Pasalnya, tanaman hias yang akan digandakan nantinya akan ditanam di dalam pot. Untuk itu, syarat utamnya, media tanam harus memiliki kandungan bahan organik cukup tinggi. Kenapa? Ini agar media tanam tersebut bisa bertahan lunak, kelembapan terjamin, udara dapat menembus akar, dan cukup tersedia unsur hara.

Media tanam terdiri atas tiga bagian, yakni satu bagian tanah kebun yang subur, satu bagian pasir, dan satu bagian pupuk kandang atau kompos. Namun adakalanya ditambah beberapa perlakuan khusus. Misalnya sterilisasi tanah kebun, penambahan kapur, dan penambahan pupuk NPK.

Sebelum tanah kebun digunakan, ada baiknya disterilkan dari kemungkinan adanya gangguan penyakit, jamur, serangga, gulma, dan sebagainya. Caranya, siram tanah kebun dengan air mendidih atau semprot dengan insektisida. Lakukan dua kali seminggu. Sebulan kemudian, campur tanah kebun dengan pasir dan kompos.

Untuk media tanam sebanyak 4,5 kg bisa ditambah dengan satu sendok makan kapur. Ini untuk mengurangi keasaman dalam kompos. Kecuali itu, terkadang juga ditambahi dengan pupuk NPK 5 – 10 – 5 atau 10 – 20 – 10. Kebutuhannya untuk media tanam sebanyak 4,5 kg tadi bisa ditambah NPK sebanyak dua sendok teh. Ambil pot sesuai kebutuhan, lalu masukkan bahan-bahan media tanam tersebut ke dalam pot.

RUPA-RUPA STEK DAUN
·          
Violces

Tanaman Violces termasuk tanaman hias dalam ruangan. Ia rajin berbunga dari waktu ke waktu. Aneka warna bunganya dari ungu, biru, putih, violet, dan lainnya. Yang menarik, daunnya tebal, berbulu halus, tumbuh dalam bentuk roset, tangkai daun mengandung banyak air. Namun daunnya mudah robek dan patah.

Perbanyak Violces dilakukan dengan stek daun. Caranya, pilih daun sehat, lalu potong sekitar 5 cm di bawah pangkal daun. Kemudian, tangkai daun ditanam di dalam media pot, dilanjutkan dengan perawatan. Stek daun dalam pohon sebaiknya dikerudungi dengan plastik bening. Maksudnya untuk menjaga kelembapan agar tetap stabil dan masih tembus cahaya. Dua atau tiga minggu kemudian biasanya tumbuh tunas. Nah, saat itulah kerudung plastik diambil.
·          
Sansevieria

Keindahan sensevieria terletak pada bentuk dan warna daun yang memang berpenampilan cantik. Ragam warna daun dimulai dari hijau muda, hijau tua, hijau abu-abu, perak, kombinasi hijau kuning atau putih kuning. Dan pada daun tersebut tampak garis-garis. Ada garis-garis yang mengikuti arah serat daun, ada garis zig-zag, ada juga garis-garis sembarangan tak beraturan.

Tanaman sensevieria dibedakan menjadi dua, yakni yang tumbuh memanjang ke atas, memiliki daun panjang dan meruncing di ujung, dan yang kedua adalah berdaun pendek melingkar dalam bentuk roset.

Untuk memperbanyak sensevieria juga dilakukan dengan stek daun. Caranya, potong daun sepanjang 8 – 10 cm, lalu tanam separuhnya ke dalam ke dalam media pasir halus. Jangan lupa jaga kelembapannya. Jika tampak tumbuh tanaman baru mencapai 10 cm, pindahkan ke dalam media pot. Biasanya perbanyakan ini membutuhkan waktu sekitar 1 – 2 bulan.
·          
Begonia

Begonia termasuk salah satu tanaman hias yang banyak varietasnya. Terlebih setelah berhasil dilakukan persilangan, tentu akan menambah keragaman varietas begonia. Jika dikelompokkan, ada tiga jenis begonia:

1.      Rex begonia, memiliki warna dasar hijau yang dihiasi kombinasi aneka ragam warna (merah, merah muda, perak, abu-abu, dan sebagainya).
2.      Rhizomatous begonia, memiliki bentuk dan warna daun yang juga beragam, tumbuh mendatar, dan rhizomanya bercabang-cabang. Dari cabang-cabang ini akan menyembul ke permukaan tanah sebagai tanaman baru.
3.      Basket begonia, memiliki bentuk daun seperti cangkir, berbulu, dan pucuk daun berwarna hijau dengan batang menjalar dan menggantung di sekitar bibir pot.
Perbanyakan begonia dilakukan dengan memotong daunnya. Lalu, tulag daun ‘dilukai’ dan letakkan diatas media tanam. Sebaiknya beri kerudung plastik bening dan tempatkan ditempat yang teduh. Sekitar tiga minggu kemudian, stek daun ini mulai bermunculan tunas-tunasnya.***

Selasa, 04 Juni 2013

Bertanam Jahe dalam Pot



Tanaman jahe (Zingiber officinale Rosc.) tentu tak asing lagi buat kita. Tanaman ini mudah di dapat di berbagai daerah, dan intensif dibudidayakan di Rejang Lebong (Bengkulu), Kuningan, Bogor, Magelang, Yogyakarta, dan Malang. Biasanya, tanaman ini dibudidayakan di lahan bekas sawah dan digarap dalam skala bisnis. Bahkan, agribisnis jahe telah menembus pasaran dunia.
        Tapi bertanam jahe juga bukan semata untuk kepentingan bisnis, melainkan juga untuk kebutuhan rumah tangga. Entah itu untuk bumbu dapur, pengobatan tradisional, dibuat minuman, maupun sekedar menambah keindahan halaman rumah. Salah satu caranya, jahe ditanam dalam pot, kemudian diletakkan bersama tanaman hias lain.
        Apa yang menarik? Tentu karena keberadaannya justru di dalam pot. Selain itu, tumbuhnya pun tegak merumpun. Batangnya berupa “batang semu” yang tersusun dari helaian daun dan berbentuk ramping bulat. Penampilan daunnya menyirip berseling, berbentuk langsing membulat dengan ujung melancip, dan berwarna hijau. Di samping itu, tanaman jahe ternyata bisa berbunga. Bunga tersebut berupa malai yang tersembul di permukaan tanah. Bentuk bunga seperti tongkat, atau terkadang berbentuk bulat telur, dengan warna bunga putih kekuningan.
        Jadi jelas, bertanam jahe di dalam pot akan menambah semarak taman di halaman, di samping rimpangnya sendiri yang dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan. Yuk, kita coba!


         SIMPAN LEBIH DULU
         
         Pada umumnya, jahe diperbanyak secara vegetatif dengan memakai potongan-potongan rimpangnya. Tentu kita tak boleh gegabah dalam memilih bibit. Ada kriteria yang sebaiknya kita penuhi, antara lain bahan bibit bukan jahe konsumsi yang berasal dari beli di pasar, tapi diambil langsung dari kebun, pilih tanaman yang sudah tua, sekurang-kurangnya berumur 9 – 10 bulan dan dari tanaman yang sehat, ukuran bibit sedikitnya memiliki tiga mata tunas, panjang 3 – 7 cm, dan berat 25 – 80 gram per potong.
        Setelah bibit diperoleh, segera bersihkan, lalu tebar dan keringanginkan selama 4 – 6 hari (minimal 4 jam per hari). Lakukan sortir, dengan dasar bentuk, ukuran, dan warna. Sesudah disortir, silahkan disimpan lebih dulu. Letakkan ditempat teduh (tidak langsung terkena sinar matahari), namun kering. Bisa ditumpuk, tapi tetap memperhatikan sirkulasi udara. Setelah disimpan selama satu bulan, selanjutnya dapat ditanam dalam pot.

  MEDIA SEDERHANA
        Sediakan media tanam berupa campuran tanah subur, pasir, dan humus atau pupuk kandang, dengan perbandingan 1 : 1 : 1. Sediakan pula pecahan bata merah atau pecahan genteng dan ijuk yang telah dicuci sebelumnya. Tak ketinggalan, siapkan insektisida (Furadan) dan pupuk pabrik NPK (15 – 20 – 20) sebanyak 15 gram per pot. Kemudian, dapatkan pot dari plastik, tanah liat, atau drum bekas. Demi keindahan, biasanya dipakai pot plastik hitam.
        Caranya, campurkan ketiga media tanam (tanah, pasir, dan humus) dengan insektisida dan pupuk NPK. Aduk merata, lalu masukkan ke dalam pot. Tapi, sebelum dimasukkan ke dalam pot, dasar pot sudah diberi selapis pecahan bata merah dan ijuk. Langkah berikutnya, buatlah lubang kecil dalam media, lalu bibit jahe ditanam dengan kedalaman 5 – 10 cm dan posisi mata tunas berada di atas. Tutup dengan tanah tipis-tipis, dan beri pecahan bata merah di atasnya.
        Selesai bertanam, siram hingga cukup basah, dan diulangi setiap pagi atau sore hingga tanaman jahe tumbuh subur. Perawatan selanjutnya, tanah di dalam pot harus digemburkan supaya peredaran udara dan air dapat berjalan dengan baik. Lakukan penggemburan 3 – 5 kali selama umur tanaman jahe. Juga, berikan lagi pupuk NPK pada umur 2 dan 3 bulan. Nah, sekitar umur 10 – 12 bulan, jahe dalam pot akan menampakkan tanda-tanda antara lain warna daun berubah dari hijau menjadi kuning dan batangnya mengering. Itu menandakan saat rimpang jahe dipetik.
                             
          MINUMAN  ALAMI  BERKHASIAT

        Membuat sirup jahe merupakan alternatif usaha yang tepat. Tanpa bahan pengawet dan pemanis buatan, dari sirup jahe dapat ditemukan sederet khasiat dasyat, seperti mampu mengobati rematik dan encok, mencegah impoten, mengobati sakit pinggang dan keseleo, menghilangkan pegal-pegal dan capek, mengobati sakit kepala, batuk, bisa juga mencegah mencret dan muntah-muntah.
        Cara membuatnya pun tak sulit, kok. Silahkan ikuti langkah-langkah berikut:
1.     Persiapan sari jahe
·        Pilih rimpang jahe yang sudah tua dan tidak kisut, lalu cuci dengan air bersih (bila perlu berulang kali).
·        Buang kulit dari rimpangnya dengan cara dikerok dengan pisau berujung runcing. Cuci lagi agar rimpang betul-betul terbebas dari kotoran.
·        Rimpang diparut, setelah itu remas-remas parutan jahe tersebut. Peras dan tampung sari jahe dalam panci. Hasil akhir perasan berupa cairan kental berwarna kuning kecokelat-cokelatan.
2.     Perebusan bumbu
·        Sediakan bumbu-bumbu berupa kayu manis, sereh, dan garam dapur.
·        Remuk dan lembutkan semua bumbu tadi, masukkan ke dalam panci berisi air, lalu panaskan sampai mendidih.
·        Sementara proses perebusan bumbu berlangsung, sediakan telur, lalu pecah dan ambil putih telurnya saja, lalu kocok.
·        Tuangkan sedikit sari jahe ke dalam telur tersebut, lalu kocok sampai merata.
·        Hasil kocokan dituangkan ke dalam sari jahe.
3.     Proses pemasakan
·        Tuangkan campuran sari jahe dan putih telur ke dalam rebusan bumbu, dan biarkan perebusan berlangsung sampai sekitar 15 menit.
·        Saring larutan jahe dan bumbu dengan saringan tepung.
·        Ampas halus akan lolos, sedangkan ampas kasar bertahan. Karena itu, saring kembali ampas kasar, tapi dengan menggunakan kain saringan.
·        Larutan yang telah disaring dipanaskan lagi dan tuangkan gula pasir ke dalamnya. Biarkan mendidih sampai gula larut dan menyatu dalam adonan.
4.     Pengemasan
·        Cuci bersih botol kemasan dan tutupnya, lalu dikukus selama 20 menit terhitung sejak air mendidih.
·        Sebelum dimasukkan ke dalam botol, sebaiknya sirup dipanaskan lagi hingga terdengar bunyi mendidih, baru kemudian dimasukkan ke dalam botol. Permukaan sirup berjarak 3 – 4 cm di bawah mulut botol (atau setiap botol berisi 630 ml).
·        Selesai pengisian, segera tutup botol-botol tersebut. Selanjutnya, botol berisi sirup jahe direndam dalam air mendidih selama sekitar 30 menit. Setelah itu, angkat botol dan letakkan pada posisi terbalik selama sekitar 15 menit.

                                      SUNTI,  GAJAH,  DAN  EMPRIT
        Penyebaran jahe tentu tak bisa dipisahkan dari keanekaragaman tipe agroklimat di setiap kawasan. Dengan demikian, muncul tipe-tipe jahe yang memiliki ciri dan karakteristik sendiri-sendiri. Di Indonesia sendiri terdapat tiga klon jahe, yakni jahe sunti, jahe gajah, dan jahe emprit.
    
     Jahe sunti
        Jahe berwarna merah sampai jingga muda ini lebih akrab disebut jahe sunti atau sunti saja. Rimpangnya paling kecil dibanding dua jenis jahe lain (jahe gajah dan jahe emprit). Seratnya kasar, beraroma tajam dan rasanya sangat pedas. Kandungan minyak atsirinya sekitar 2,58 – 2,72 persen. Lebih banyak digunakan untuk industri obat-obatan. Harga jahe sunti paling mahal dibanding dua jenis lainnya.

   Jahe gajah
        Di Jawa barat disebut jahe Badak dan di Bengkulu disebut “jahe kombongan”. Sesuai namanya, jahe ini memang memiliki rimpang paling besar dibanding klon jahe lainnya. Berwarna kuning atau kuning muda, seratnya sedikit dan lembut. Aromanya kurang tajam dan rasanya kurang pedas. Jahe gajah mengandung minyak atsiri sekitar 0,82 – 1,68 persen. Penggunaanya untuk rempah-rempah, minuman, dan makanan. Dewasa ini jahe gajah dalam bentuk asinan, atau disebut salted ginger, sangat dibutuhkan di Jepang.
  
    Jahe emprit
        Jahe inilah yang sering kita jumpai dipasaran umum. Digunakan sebagai bahan baku minuman, rempah-rempah, dan penyedap makanan. Rimpang jahe emprit lebih besar ketimbang jahe sunti, tapi lebih kecil dibandingkan jahe gajah. Kandungan minyak atsirinya sekitar 1,5 – 3,3 persen. Bentuk rimpang agak pipih dan berwarna putih. Seratnya lembut dan aromanya tidak tajam